Senin, 13 April 2015

penyesalan



SUKA SAMA SAHABATKU


 Hal 3

“Kamu kenapa Bell..?” tanya gilang yang tampak heran melihat Bella yang tidak seperti biasanya
“kamu fikir aja sendiri..” Judes
“Kamu marah yah karna aku nggak kabarin kamu kalau aku udah nyampai di bandung..?
“Iya aku marah, terus kamu mau apa. Bukannya kabarin aku, kamu malah jemput caca.”
“Ok. Kalau begitu aku mint maaf. Aku memang salah. Kamu mau kan maafin aku.?”
“Nggak segampang itu!!.” Jawab bella ketus.
“Ya terus aku harus bagaimana Bell biar dapat maaf dari kamu..?”
Bella tidak menerima maaf dari Gilang karna dia sudah mengetahui semuanya. Tanpa menjawab pertanyaan dari Gilang, Bella berdiri dari tempat duduknya dan langsung meninggalkan tempat itu. Gilang mengejar Bella
“Bella tunggu..!!” teriak gilang.
Tapi bella tak menhiraukan panggilan gilang.
“Ya sudah kalau itu mau kamu Bell, kamu terlalu keras kepala. Aku cape aku udah nggakk kenal Bella yang dulu aku kenal.” Teriak Gilang.
Mendengar perkataan Gilang, Bella pun menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Gilang. Dengan jarak sekitar tiga meter mereka saling berhadapan.
“Kamu nggak akan pernah ngerti Gilang” Bella dengan nada kecewa.
“Memangnya apa lagi yang harus aku mengerti Bell, ? selama ini kita sudah saling mengerti kan..?” jawab Gilang.
“Nggak Gilang, kamu nggak ngerti aku dan aku nggak ngerti kamu. Kalau kita saling mengerti nggak akan ada rahasia di antara kita. Kamu sahabat aku dari kecil, tapi kamu nggak pernah ngerti perasaanku kayak gimana. Karna kamu memang nggak pernah mau tau.” Jelasnya bella ke gilang.
“Aku sudah ngerti kamu lebih dari apa pun, emang ada satu hal yang tidak pernah kamu tau tapi aku fikir itu tidak penting bagimu.” Jawab gilang.
“nggak penting, Gilang kita sahabat nggak boleh ada rahasia di antara kita, apapun itu meskipun akan membuatku sakit akan lebih baik kalau aku mendengar dari kamu sendiri bukan dari orang lain. Percuma kita sahabatan kalau kamu seperti itu.”
“Bella ini hanya masalah sepele kamu terlalu membesar-besarkan masalah. Sudahlah aku cape, terserah kamu mau menerima maafku atau tidak.” Gilang putus asa.
Gilang pun membalikan badannya dan melangkah perlahan. Di sisi lain Bella pun juga membalikan badannya dan melangkahkan kakinya di iringi dengan tangisnya.
Daaan......
Sebuah mobil menabrak seseorang. Gilang mendengar suara tabrakan itu, dia lansung menghentikan langkahnya dan berbalik arah. Sungguh tidak disangkah seseorang yang di tabrak itu adalah Bella. Gilang langsung berlari menuju dimana Bella tergeletak.
“Bella, bangun.. bella” mengambil kepala Bella dan menaruh di pangkuannya
“Bella.. kamu jangan kaya gini dong, Bella... banguuun.” Gilang menangis.
Bella pun dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sepanjang jalan menuju rumah sakit Gilang terus menangis.
Sesampainya di rumah sakit Bella langsung di bawa ke ruang UGD.
“Maaf..  mas tidak boleh masuk” kata salah satu perawat.
Gilang terlihat tampak stres, dia duduk dan menunggu ke adaan bella, tiba-tiba datang seorang satpam menghampiri Gilang.
“Permisi mas, ini tas korban.” Menyodorkan tas Bella.
Gilang pun mengambil tas itu dan meletakan di sampingnya karna tidak konsen tas itu jatuh. Isi tas itu pun tumpah. Satu demi satu Gilang memungut isi tas Bella yang sampai akhirnya Gilang memegang sebuah surat yang tertuliskan namanya. Gilang pun membaca surat itu.
“ Untuk Sahabatku Tersayang Gilang”
“Gilang kalau kamu baca surat aku ini, kamu pasti sudah kembali ke jakarta. Gilang kita sudah menjadi sahabat selama tujuh tahun, kamu cowok dan aku cewek kan? Tidak salahkan kalau aku sayang sama kamu lebih dari sahabat, itu sebabnya aku selalu marah kalau kamu dekat-dekat sama cewek lain. Karna aku sayang sama kamu aku cinta sama kamu karna kamu laki-laki yang baik selalu memberikan aku perhatian yang lebih. Selalu mengalah denganku. Mendengar nasehat-nasehatku. Sudah lama sekali aku ingin ngomong sama kamu tapi aku takut itu akan merusak persahabatan kita, dan membuat jarak antara kita.
Tapi setelah baca surat ini anggap saja kamu nggak pernah membacanya yah, please.. aku mohon, yang penting aku sudah mengeluarkan semua isi hatiku. Soalnya aku sudah capek menyimpannya sendiri. Ok .”
“Dari Sahabatmu Bella”
Air mata gilang tak bisa berhenti menetes, dia sangat menyesal karna tidak mencegah Bella pergi.
“Bodoh.. Bodoh.. bodoh” Gilang terus mengulang kata-kata itu.
Dokter pun keluar dari ruang UGD, gilang angsung berdiri dan menghampiri dokter yang menangani Bella.
“Maaf mas, pasien tidak bisa terselamatkan. Pasien terlalu banyak mengeluarkan darah di bagian kepalanya.” Kata dokter yang menangani Bella
“Dokter pasti becandakan..? dokter jangan main-main yah..!” Gilang seakan tidak percaya perkataan dokter.
Gilang pun langsung menerobos masuk ke ruangan UGD. Bella yang terbaring tak bernyawa lagi membuat Gilang sangat syok.
“Bella bangun, becandamu tidak lucu bella.. Bella kamu boleh marah dengan aku tapi kamu harus banguuun..” gilang tampak seperti orang gila.
“Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri, Bella kamu bodoh.. tidak bukan kamu yang bodoh tapi aku, aku tidak pernah menyadarinya. Kamu benar Bella aku tidak mengerti persaan kamu, aku orang yang bodoh, aku orang yang jahat, aku bukan sahabat yang baik untukmu. Kamu selalu mengerti aku tapi aku tidak pernah mengerti apa yang kamu rasakan. Please Bella bangun.. aku akan melakukan apapun yang kamu mau kalau kamu bangun. Bellaaaaa....”
Gilang terus menangis tapi semua itu percuma Bella nggak akan pernah lagi bangun.
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar