SUKA SAMA
SAHABATKU
Hal 3
“Kamu
kenapa Bell..?” tanya gilang yang tampak heran melihat Bella yang tidak seperti
biasanya
“kamu
fikir aja sendiri..” Judes
“Kamu
marah yah karna aku nggak kabarin kamu kalau aku udah nyampai di bandung..?
“Iya
aku marah, terus kamu mau apa. Bukannya kabarin aku, kamu malah jemput caca.”
“Ok.
Kalau begitu aku mint maaf. Aku memang salah. Kamu mau kan maafin aku.?”
“Nggak
segampang itu!!.” Jawab bella ketus.
“Ya
terus aku harus bagaimana Bell biar dapat maaf dari kamu..?”
Bella
tidak menerima maaf dari Gilang karna dia sudah mengetahui semuanya. Tanpa
menjawab pertanyaan dari Gilang, Bella berdiri dari tempat duduknya dan
langsung meninggalkan tempat itu. Gilang mengejar Bella
“Bella
tunggu..!!” teriak gilang.
Tapi
bella tak menhiraukan panggilan gilang.
“Ya
sudah kalau itu mau kamu Bell, kamu terlalu keras kepala. Aku cape aku udah
nggakk kenal Bella yang dulu aku kenal.” Teriak Gilang.
Mendengar
perkataan Gilang, Bella pun menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah
Gilang. Dengan jarak sekitar tiga meter mereka saling berhadapan.
“Kamu
nggak akan pernah ngerti Gilang” Bella dengan nada kecewa.
“Memangnya
apa lagi yang harus aku mengerti Bell, ? selama ini kita sudah saling mengerti
kan..?” jawab Gilang.
“Nggak
Gilang, kamu nggak ngerti aku dan aku nggak ngerti kamu. Kalau kita saling
mengerti nggak akan ada rahasia di antara kita. Kamu sahabat aku dari kecil, tapi
kamu nggak pernah ngerti perasaanku kayak gimana. Karna kamu memang nggak
pernah mau tau.” Jelasnya bella ke gilang.
“Aku
sudah ngerti kamu lebih dari apa pun, emang ada satu hal yang tidak pernah kamu
tau tapi aku fikir itu tidak penting bagimu.” Jawab gilang.
“nggak
penting, Gilang kita sahabat nggak boleh ada rahasia di antara kita, apapun itu
meskipun akan membuatku sakit akan lebih baik kalau aku mendengar dari kamu
sendiri bukan dari orang lain. Percuma kita sahabatan kalau kamu seperti itu.”
“Bella
ini hanya masalah sepele kamu terlalu membesar-besarkan masalah. Sudahlah aku
cape, terserah kamu mau menerima maafku atau tidak.” Gilang putus asa.
Gilang
pun membalikan badannya dan melangkah perlahan. Di sisi lain Bella pun juga
membalikan badannya dan melangkahkan kakinya di iringi dengan tangisnya.
Daaan......
Sebuah
mobil menabrak seseorang. Gilang mendengar suara tabrakan itu, dia lansung
menghentikan langkahnya dan berbalik arah. Sungguh tidak disangkah seseorang
yang di tabrak itu adalah Bella. Gilang langsung berlari menuju dimana Bella
tergeletak.
“Bella,
bangun.. bella” mengambil kepala Bella dan menaruh di pangkuannya
“Bella..
kamu jangan kaya gini dong, Bella... banguuun.” Gilang menangis.
Bella
pun dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sepanjang jalan menuju rumah sakit
Gilang terus menangis.
Sesampainya
di rumah sakit Bella langsung di bawa ke ruang UGD.
“Maaf.. mas tidak boleh masuk” kata salah satu
perawat.
Gilang
terlihat tampak stres, dia duduk dan menunggu ke adaan bella, tiba-tiba datang
seorang satpam menghampiri Gilang.
“Permisi
mas, ini tas korban.” Menyodorkan tas Bella.
Gilang
pun mengambil tas itu dan meletakan di sampingnya karna tidak konsen tas itu
jatuh. Isi tas itu pun tumpah. Satu demi satu Gilang memungut isi tas Bella
yang sampai akhirnya Gilang memegang sebuah surat yang tertuliskan namanya.
Gilang pun membaca surat itu.
“
Untuk Sahabatku Tersayang Gilang”
“Gilang
kalau kamu baca surat aku ini, kamu pasti sudah kembali ke jakarta. Gilang kita
sudah menjadi sahabat selama tujuh tahun, kamu cowok dan aku cewek kan? Tidak
salahkan kalau aku sayang sama kamu lebih dari sahabat, itu sebabnya aku selalu
marah kalau kamu dekat-dekat sama cewek lain. Karna aku sayang sama kamu aku
cinta sama kamu karna kamu laki-laki yang baik selalu memberikan aku perhatian
yang lebih. Selalu mengalah denganku. Mendengar nasehat-nasehatku. Sudah lama
sekali aku ingin ngomong sama kamu tapi aku takut itu akan merusak persahabatan
kita, dan membuat jarak antara kita.
Tapi
setelah baca surat ini anggap saja kamu nggak pernah membacanya yah, please..
aku mohon, yang penting aku sudah mengeluarkan semua isi hatiku. Soalnya aku
sudah capek menyimpannya sendiri. Ok .”
“Dari
Sahabatmu Bella”
Air
mata gilang tak bisa berhenti menetes, dia sangat menyesal karna tidak mencegah
Bella pergi.
“Bodoh..
Bodoh.. bodoh” Gilang terus mengulang kata-kata itu.
Dokter
pun keluar dari ruang UGD, gilang angsung berdiri dan menghampiri dokter yang
menangani Bella.
“Maaf
mas, pasien tidak bisa terselamatkan. Pasien terlalu banyak mengeluarkan darah
di bagian kepalanya.” Kata dokter yang menangani Bella
“Dokter
pasti becandakan..? dokter jangan main-main yah..!” Gilang seakan tidak percaya
perkataan dokter.
Gilang
pun langsung menerobos masuk ke ruangan UGD. Bella yang terbaring tak bernyawa
lagi membuat Gilang sangat syok.
“Bella
bangun, becandamu tidak lucu bella.. Bella kamu boleh marah dengan aku tapi
kamu harus banguuun..” gilang tampak seperti orang gila.
“Aku
tidak akan memaafkan diriku sendiri, Bella kamu bodoh.. tidak bukan kamu yang
bodoh tapi aku, aku tidak pernah menyadarinya. Kamu benar Bella aku tidak
mengerti persaan kamu, aku orang yang bodoh, aku orang yang jahat, aku bukan
sahabat yang baik untukmu. Kamu selalu mengerti aku tapi aku tidak pernah
mengerti apa yang kamu rasakan. Please Bella bangun.. aku akan melakukan apapun
yang kamu mau kalau kamu bangun. Bellaaaaa....”
Gilang
terus menangis tapi semua itu percuma Bella nggak akan pernah lagi bangun.
END